Pembajakan Novel Makin Parah?! Kok Bisa? Simak Alasan dan Cara Mengatasinya!

Pembajakan Novel Makin Parah?! Kok Bisa? Simak Alasan dan Cara Mengatasinya!

Pembaca buku novel kian waktu terus mengalami peningkatan. Promosi buku-buku yang melibatkan sosial media pun kini begitu mudah dilakukan sehingga memancing pembaca pun jadi lebih mudah. Sayangnya, meningkatnya pembaca buku novel sejalan dengan meningkatnya pembajakan buku. Lalu diperparah lagi dengan banyaknya pula pembaca yang membeli novel bajakan tersebut.

Tercatat rata-rata sekitar belasan hingga puluhan situs di aplikasi belanja online menjual buku bajakan untuk tiap 1 jenis buku novel. Bayangkan sebanyak apa buku novel bajakan yang beredar jika yang menjualnya saja sebanyak itu.

Pembajakan novel memang sudah bukan rahasia lagi. Bahkan, para penulis pun sudah sampai di titik geram dengan para pembajak yang kian lama makin parah. Orang-orang justru dengan pedenya memamerkan buku-buku bajakan yang dibeli ataupun yang dijual. Terbukti dari beberapa screenshot-an chat yang beredar di sosial media. Bahkan waktu itu, penulis buku 00.00 —Ameysia— pernah mempublikasikan langsung screenshot-an chat itu di insta-storynya pada 2022 tahun lalu, saking geramnya dengan para pembajak dan para pembeli novel bajakan yang malah bangga dengan perbuatannya. Dia mengatakan bahwa betapa tidak tau malunya orang-orang yang melakukan pembajakan dan juga membeli buku bajakan. Perkataan Ameysia sudah mewakili tentang banyaknya pelaku pembajakan ini.

Penyebab Orang Melakukan Pembajakan Novel

1. Adanya keinginan memberikan setiap orang kesempatan yang sama dalam membaca.

Target penjualan novel biasanya adalah para remaja muda yang sedang dalam masa pubertas menuju dewasa. Lalu, sudah sering diketahui bahwasanya harga novel memang relatif mahal untuk remaja-remaja yang kemampuannya keuangannya pas-pasan. Kisaran 90an ribu ke atas. Baik para pembaca lama maupun pembaca baru, membeli novel dengan harga segitu terkadang rasanya begitu sulit. Ujung-ujungnya membeli pun tidak jadi dilakukan dan keinginan membaca pun terpaksa dihilangkan.

Dari hal tersebut, muncul lah pemikiran bagi beberapa orang-orang untuk memberikan kesempatan yang sama dalam hal membaca. Minat baca di Indonesia masih tergolong sangat rendah. Lalu, jika bisa dibantu dengan membuat remaja membaca novel apa pun secara gratis atau lebih murah, kenap tidak? Begitu lah pikiran orang-orang itu.

Mereka datang membeli buku yang original entah dalam bentuk e-book atau pun fisik. Lalu, mereka akan meng-copy isinya dan menjadikannya satu dalam pdf yang bisa disebar luaskan secara gratis semisal di aplikasi Telegram. Meski kualitasnya tidak sebagus itu, tapi di sini mereka fokus untuk memberikan kesempatan bagi tiap orang agar bisa membacanya. Jadi hal tersebut tak begitu dipermasalahkan oleh orang-orang.

2. Menjadi sumber mata pencaharian bagi beberapa orang

Sekarang, apa lagi di era digital seperti saat ini, membuka peluang usaha menjadi sangat mudah. Melihat presentase kemiskinan di Indonesia dan betapa cerdasnya orang dalam mencari peluang mendapatkan uang—seperti video live viral ibu-ibu yang mandi tengah malam di aplikasi Tiktok, memang bukan tak mungkin pembajakan buku menjadi sumber mata pencaharian bagi mereka yang merasa kesulitan mencari kerja.

Menemukan ide-ide untuk usaha pun demikian. Hanya dengan melihat beberapa postingan di media sosial pun kita bisa menemukan ide tersebut. Hal ini berlaku dalam pembajakan buku. Misalnya saja ada satu buku yang dijual dalam edisi terbatas, kemudian permintaan pada buku tersebut tetap banyak meski tidak diproduksi lagi. Hal ini bisa menjadi peluang usaha bagi mereka yang memiliki buku tersebut dalam versi original. Menggandakannya dalam jumlah banyak lalu dijualkan di khayalak ramai.

Kasus seperti ini sudah ada buktinya. Contohnya saja pada kasus Booklet Raksi yang dikeluarkan oleh Tenderlova dalam edisi terbatas. Dalam postingannya, penulis cerita Narasi 2021 tersebut menjelaskan sebab-sebab booklet Raksi terpaksa diproduksi kembali. Salah satunya karena booklet tersebut disebar luaskan secara ilegal dalam kata lain dibajak demi keuntungan di pembajak pribadi.

Alasan Orang Membeli Novel Bajakan

1. Harga Novel Original Mahal

Seperti faktanya, harga buku novel original kisaran 90-100an ribu. Dengan target penjualan yang cenderung ke remaja, tentu hal ini tak sejalan dengan kemampuan keuangan yang dimiliki kebanyakan remaja. Banyak yang akhirnya memilih untuk menunda saja. Namun, keinginan untuk membaca novel yang diinginkan membuat sering kali para pembaca tak bisa menunda dalam waktu yang mahal dan berakhir memilih membeli novel bajakan yang harganya lebih murah 50% bahkan bisa lebih.

2. Tertipu oleh Penjual.

Banyak penjual buku di situs belanja online yang kini beredar. Hal ini disebabkan kemajuan teknologi yang menyebabkan juga kemajuan cara berpikir. Orang memilih untuk membuka peluang usaha salah satunya berbisnis online. Akan tetapi, para penjual novel bajakan juga mendapatkan fasilitas dan pemikiran yang sama. Memanfaatkan keadaan untuk mendapat keuntungan.

Banyak penjual novel bajakan yang mengaku-ngaku menjual novel original pada pembelinya. Dan karena bukunya dijual secara online, pembeli jadi tidak bisa melihat secara langsung apakah itu buku bajakan atau bukan. Belum lagi beberap toko menjualkan persis dengan harga buku original yang berasal dari akun penjual buku ori. Hal ini membuat pembaca sering kali tertipu dan berakhir membeli buku bajakan secara tidak sengaja. Lalu sebab tak mau rugi, alhasil pembaca memilih untuk membiarkan uangnya tersebut ketimbang harus membeli baru yang original.

3. Adanya Pemikiran Membeli Novel Hanya untuk Satu Kali Baca, Buang.

Pemikiran seperti ini tak hanya singgah di satu atau dua orang saja, melainkan banyak. Pemikiran ini muncul karena pembaca tersebut merasa bahwa membaca satu buku yang sama secara berulang sangat membosankan. Sebab itu ketimbang buku yang dibeli berakhir di lemari tanpa ada guna, orang yang memiliki pemikiran tersebut memilih untuk membeli buku bajakan yang kualitasnya buruk agar bisa langsung dibuang tanpa menyebabkan kerugian untuk dirinya.

4. Takut Ketinggalan Masa

Ketika seseorang mulai mendalami membaca novel, mereka akan menemukan banyak sekali novel yang lagi trend pada saat itu. Entah dari media sosial atau dari teman. Manusia sendiri memiliki sifat dasar kompetitif yang mana bisa muncul ketika ada pemicunya. Seperti membaca buku yang lagi trend.

Biasanya, orang yang berada di daerah yang tak terdapat gramedia atau pun jauh dari pusat kota lah yang menjadi penyumbang. Pertama, harga novel relatif mahal dan kedua sebab biaya ongkir yang kerap kali menambah biaya. Membuat seseorang berpikir untuk menunda pembelian akan tetapi tidak bisa sebab harus mengikuti trend. Alhasil, buku bajakan yang beredar dalam bentuk pdf lah yang menjadi solusi.

5. Novel yang Terjual Memiliki Edisi Terbatas.

Beberapa buku dijual secara terbatas. Misalnya saja seperti buku collab tenderlova dan juga windi johana yang berjudul The untold story malang, yang terdapat hanya 1000 cetak. Hal ini tentu membuat orang yang tidak memiliki tersebut jadi pusing sendiri. Satu-satunya cara untuk bisa membacanya jika tidak meminjam pada teman yah mencari orang yang menjualnya dalam bentuk pdf secara ilegal.

Meski di atas telah disebutkan beberapa alasan mengapa orang melakukan pemembajakan dan membeli novel bajakan, hal tersebut tetap tidak bisa dibenarkan. Dalam hal ini, baik membajak ataupun membeli bajakan termasuk ke dalam bentuk pelanggaran. Sesuai dengan bunyi pasal 9 ayat 3 Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

Cara untuk Mengurangi Pembelian Novel Bajakan. 

1. Menabung untuk Membeli

Kita bisa menabung uang jajan yang diberikan untuk membeli novel jika harganya terbilang mahal. Menabung uang jajan tidak perlu dalam jumlah banyak, asal konsisten. Sedikit-sedikit hingga akhirnya uang mencukupi untuk membeli.

Jika tidak ingin ketinggalan trend, ada beberapa buku yang menyediakan sistem po. Ketika tanggal po disebutkan, di sana kita bisa memulai untuk menabung sedikit-sedikit hingga tanggalnya tiba.

2. Menunggu hingga Mampu

Tidak perlu terburu-buru untuk membeli sebuah buku. Meski trend telah berlalu, yang paling penting adalah bagainana cara mendapatkan buku dan bisa membacanya dengan cara yang legal dan bijak.

3. Meminjam ke Perpustakaan atau ke Teman

Dalam satu daerah, pasti ada minimal 1 orang yang memiliki kegemaran yang sama dalam hal membaca. Kamu bisa meminjamnya pada teman jika memang tak memiliki kemampuan untuk membeli segera. Atau pula, perpustakaan juga selalu menyediakan berbagai macam buku salah satunya novel. Terlebih untuk remaja, perpustakaan sekolah biasanya menyediakannya.

4. Mengingat Selalu untuk Menyampingkan Hal yang Tidak Terlalu Penting.

Membeli novel adalah hal yang tidak begitu penting untuk dipenuhi. Novel hanyalah sebuah buku yang digunakan sebagai media hibur, bukan kebutuhan primer yang harus dipenuhi untuk sehari-hari. Akan lebih baik jika kalian selalu mengingat bahwasanya hal yang tidak penting bisa ditunggu hingga waktunya tepat. Ketimbang, kalian rela membeli buku bajakan yang jelas-jelas merupakan pelanggaran yang merugikan orang lain.

Aksara Jingga

Media literasi yang mencakup komunitas dan pasar permintaan

1 Comments

Previous Post Next Post